This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, June 29, 2014

Dysleksia Learning

                                                                Dysleksia Learning                                                             
Oleh: Uswatun Hasanah, M.Pd.I
Istilah dysleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata “dys” yang berarti “sulit dalam” dan kata “lex” (berasal dari legein, yang artinya “berbicara”). Jadi, menderita dysleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau symbol-simbol tulis. Walau tidak menjalani pengobatan khusus, seorang penderita dysleksia tidak akan selamanya menderita gangguan membaca dan menulis. Ketika pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia akan dapat mengatasinya.
Seseorang yang menderita dysleksia mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Kelainan ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis, atau kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata tertulis. Anak yang belum diketahui menderita dysleksia, dapat merasa rendah diri karena kesulitan yang dialami dalam mengejar pelajaran dengan kawan-kawan sebaya. Kadang-kadang orang salah menduga bahwa anak yang menderita dysleksia juga cacat jiwa. 
 Membaca merupakan dasar yang utama untuk memperoleh kemampuan belajar di berbagai bidang. Melalui membaca seseorang dapat membuka cakrawala dunia, dapat mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui. Oleh sebab itu, sangat wajar apabila orangtua merasa cemas saat anaknya mengalami kesulitan dalam hal membaca, apalagi ketika anak memasuki usia sekolah dasar. Membaca merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan kedua belahan otak. Menggunakan mata dan pikiran sekaligus untuk mengerti apa maksud dari setiap huruf yang telah dibaca.

Kalau  seorang anak ditemui mulai punya kebiasaan membaca terlalu cepat hingga salah menguapkan kata atau ahkan terlalu lambat dan terputus, maka itu adalah gejala dysleksia. Gejala dari dysleksia adalah kemampuan membaca anak berada dibawah kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat inteligensi, usia, dan pendidikannya. Pada hakikatnya, gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan secara fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tetapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak. Kesulitan membaca (dysleksia) bisa timbul pada anak-anak yang mempunyai kecerdasan tinggi ataupun dibawah rata-rata. Oleh karena itu, kesulitan belajar jenis ini tidak tergantung pada tingkat inteligensinya.

Refleksi “Dimana Gurunya Manusia?”

Refleksi
“Dimana Gurunya Manusia?”
Oleh: Uswatun Hasanah, M.Pd..I.
Sekarang-sekarang ini, penulis jarang sekali, bahkan mungkin hampir tidak pernah melihat guru yang rajin dalam hal memeriksa kebersihan kuku peserta didiknya. Pada saat yang dulu biasanya dilakukan sesaat sebelum peserta didik masuk kelas, peserta didik tersebut berbaris sambil berhitung dan dipanggil namanya oleh guru secara bergiliran atau satu-persatu. Setelah selesei, kemudian semuanya memasuki kelas dan guru menyuruh peserta didik untuk melakukan pembiasaan di awal pembelajaran seperti mengaji al-Qur’an.
Jangan dikira kegiatan hal-hal yang diatas tadi, tidak akan berarti apa-apa untuk dalam pembelajaran peserta didik. Justru sebaliknya, gurunya manusia selalu melakukan hal-hal yang kecil, agar hal demikian bermanfaat untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Adapun manfaat yang diperoleh guru dalam hal kegiatan pemeriksaan kebersihan kuku pada peserta didik, sebenarnya dengan tujuan untuk melatih kecerdasan intrapersonal atau disebut dengan kecerdasan diri pada peserta didiknya. Selain itu, pembiasaan mengaji al-Qur’an sebelum memulai pembelajaran di kelas, juga bertujuan untuk mengasah kecerdasan spiritual peserta didiknya lewat adanya kegiatan ini.
Lantas !!! Dimana Gurunya Manusia? Jawabnya:  “tentu ada di lembaga pendidikan manapun, namun tidak banyak”. Dalam kenyataan di lapangan sekolah, yang penulis rasakan saat ini, mungkin hanya sebagian saja yang sudah berhasil menjadi gurunya manusia. Disadari atau tidak, Sisanya, yakni tipe guru matrealistis dan tipe guru robot.
 Gurunya Manusia adalah guru yang mempunyai keikhlasan dalam mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswa berhasil dalam memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas, yang mengajar dengan hati, guru yang akan berintropeksi apabila ada siswa yang tidak memahami materi yang telah diajarkannya. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar, sebab mereka sadar bahwa profesi guru adalah profesi yang tidak boleh berhenti untuk belajar. Guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan pengembangan kompetensi.
Menjadi gurunya manusia memang sulit dan tidak mudah. Namun, melihat banyaknya kemerosotan moral peserta didik, Apakah kita masih bisa diam, tanpa perubahan untuk menjadi guru yang lebih baik lagi, yang dulu mungkin pernah memiliki karakter guru robot hingga menjadi sosok guru matrealistis. Kini, saatnya berubah menjadi gurunya manusia. Selamat mencoba, menjadi gurunya manusia, Guru yang selalu merasakan bahwa tiap detik saat belajar bersama peserta didik adalah hal yang paling berharga. 





resensi Terapi Berpikir Positif

DATA BUKU:

Judul               : 
DATA BUKU:

Judul               : Terapi Berpikir Positif
No. ISBN        : 978-602-1687-06-2
Penulis             : Dr. Ibrahim Elfiky
Penerbit           : Zaman
Tanggal terbit  : Cetakan XV, 2014
Jumlah Hlm.    : 347
Harga Buku     : Rp. 80.000


KIAT AGAR HIDUP LEBIH SUKSES DAN BAHAGIA
Oleh: Uswatun Hasanah, M.Pd.I.*
Buku “Terapi Berpikir Positif” ini karya Dr. Ibrahim Elfiky yaitu Maestro Motivator Muslim Dunia. Buku “Terapi Berpikir Positif” ini termasuk buku internasional bestseller karya nya.  Karya Tulisnya telah diterjemahkan ke dalam lima bahasa (Inggris, Prancis, Arab, Kurdi, dan Indonesia), dan terjual jutaan eksemplar di dunia. Entah disadari atau tidak? Bahwa Berpikir itu adalah sederhana dan hanya butuh waktu sekejap. Namun, ia memiliki proses yang kuat dari tujuh sumber yang berbeda. Tujuh sumber itu memberi kekuatan luar biasa pada proses berpikir dan menjadi referensi bagi akal yang digunakan pada setiap orang. Adapun tujuh sumber tersebut, diantaranya yaitu:
1.      Orangtua
Proses berpikir yang pertama kita dapatkan dari oragtua. Ratu Elizabeth II berkata:” Aku belajar seperti proses belajarnya kera, yaitu dengan menyasikan orangtua dan meniru mereka”. Dari orangtua kita belajar tentang kata-kata, gerakan ubuh, perilaku, dan ekspresi wajah serta lain sebagainya.
2.      Keluarga
Setelah orangtua, kita melihat dunia lain, yaitu keluarga: saudara laki-laki, saudara perempuan, nenek, kakek, paman, bibi dan anak-anak mereka. Dari mereka akal menangkap informasi baru dan menggabungkannya dengan informasi yang telah ada. Dengan demikian, proses pembentukan pikiran semakin kuat.
3.      Masyarakat
Masyarakat adalah orang-orang yang berinteraksi dengan kita, seperti: tetangga, tukang sayur, supir taksi dan lain sebgainya. Akal terus mengikat informasi yang didapat dari luar  dan disatukan dengan infomasi yang sudah tersimpan di alam bawah sadar. Denan begitu, proses pembentukan pikiran semakin kuat.
4.      Sekolah
Sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran, maka kita akan mudah meniru apa yang ada di sekolah.


5.      Teman
Teman itu paling penting setelah orangtua. Berteman merupakan aktualisasi diri pertama dalam kehidupan karena kita sendiri yang menentukan piihan, tanpa pengaruh orangtua.
6.      Media Massa
Sebuah pusat kajian psikologi dan fisiologi di New Zealand memaparkan bahwa lebih dari 60% kondisi menyedihkan disebabkan oleh media massa yang meyebarkan hal-hal negatif. Misal: peperangan, seksualitas, dan pelanggaran tata nilai. Pengaruh berbahaya ini ikut memperkaya proses pembentukan pikiran setiap orang sehingga semakin kuat.
7.      Sumber ketujuh dari proses pembetukan pikiran adalah diri sendiri
Sekian sumber eksternal turut memperkuat terbentuknya pikran. Pikiran itu kemudian membentuk keyakinan dan prinsip yang kuat. Selanjutnya kita bisa menambahkan sikap baru  yang positif atau negatif. Akal menggabungkan sikap itu dengan data-data sebelumnya sehingga proses pembentukan pikiran semakin kuat dan mendalam. Dengan demikian, kita mampu beradaptasi dalam menghadapi dunia luar. Kemampuan inilah yang menentukkan kita sukses atau gagal dan bahagia atau sengsara.
Meski tampak sederhana dan lemah, pikiran itu lebih dalam dan lebih kuat daripada yang kita bayangkan. Berpikir melahirkan pengetahuan, pemahaman, nilai, keyakinan dan prinsip. Pikiran menjadi titik tolak bagi tujuan dan mimpi-mimpi. Pikiran bisa jadi penyebab penykit kejiwaan dan fisik. Pikiran takut membuat kita takut dan pikiran berani membuat kita berani. Ahli filsafat bernama Socrates pernah berkata :”Dengan pikiran, seseorang bisa menjadikan dunianya berbunga-bunga atau berduri-duri”. Berpikir tidak memiliki batas-lintas waktu, jarak, dan ruang. Pikiran memiliki kekuatan yang bisa muncul pada pagi, siang dan sore dalam kondisi apapun. Pikiran adalah sumber pendorong perilaku, sikap dan hasil yang kita dapatkan. Pikiran dapat menjadikan kita sebagai seorang yang berjiwa sehat atau sakit. Dan pikiran juga dapat membuat kita bahagia dan sukses juga sebaliknya. Karena pikiran akan mempengaruhi kita sebagai manusia diantaranya yaitu: intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, rasa percaya diri, hasil, citra diri, kondisi jiwa, kondisi kesehatan.

                                                                     *Guru RA Al-Madinah Mundupesisir-Cirebon

                                                                                     
No. ISBN        : 978-602-1687-06-2
Penulis             : Dr. Ibrahim Elfiky
Penerbit           : Zaman
Tanggal terbit  : Cetakan XV, 2014
Jumlah Hlm.    : 347
Harga Buku     : Rp. 80.000


KIAT AGAR HIDUP LEBIH SUKSES DAN BAHAGIA
Oleh: Uswatun Hasanah, M.Pd.I.*
Buku “Terapi Berpikir Positif” ini karya Dr. Ibrahim Elfiky yaitu Maestro Motivator Muslim Dunia. Buku “Terapi Berpikir Positif” ini termasuk buku internasional bestseller karya nya.  Karya Tulisnya telah diterjemahkan ke dalam lima bahasa (Inggris, Prancis, Arab, Kurdi, dan Indonesia), dan terjual jutaan eksemplar di dunia. Entah disadari atau tidak? Bahwa Berpikir itu adalah sederhana dan hanya butuh waktu sekejap. Namun, ia memiliki proses yang kuat dari tujuh sumber yang berbeda. Tujuh sumber itu memberi kekuatan luar biasa pada proses berpikir dan menjadi referensi bagi akal yang digunakan pada setiap orang. Adapun tujuh sumber tersebut, diantaranya yaitu:
1.      Orangtua
Proses berpikir yang pertama kita dapatkan dari oragtua. Ratu Elizabeth II berkata:” Aku belajar seperti proses belajarnya kera, yaitu dengan menyasikan orangtua dan meniru mereka”. Dari orangtua kita belajar tentang kata-kata, gerakan ubuh, perilaku, dan ekspresi wajah serta lain sebagainya.
2.      Keluarga
Setelah orangtua, kita melihat dunia lain, yaitu keluarga: saudara laki-laki, saudara perempuan, nenek, kakek, paman, bibi dan anak-anak mereka. Dari mereka akal menangkap informasi baru dan menggabungkannya dengan informasi yang telah ada. Dengan demikian, proses pembentukan pikiran semakin kuat.
3.      Masyarakat
Masyarakat adalah orang-orang yang berinteraksi dengan kita, seperti: tetangga, tukang sayur, supir taksi dan lain sebgainya. Akal terus mengikat informasi yang didapat dari luar  dan disatukan dengan infomasi yang sudah tersimpan di alam bawah sadar. Denan begitu, proses pembentukan pikiran semakin kuat.
4.      Sekolah
Sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran, maka kita akan mudah meniru apa yang ada di sekolah.


5.      Teman
Teman itu paling penting setelah orangtua. Berteman merupakan aktualisasi diri pertama dalam kehidupan karena kita sendiri yang menentukan piihan, tanpa pengaruh orangtua.
6.      Media Massa
Sebuah pusat kajian psikologi dan fisiologi di New Zealand memaparkan bahwa lebih dari 60% kondisi menyedihkan disebabkan oleh media massa yang meyebarkan hal-hal negatif. Misal: peperangan, seksualitas, dan pelanggaran tata nilai. Pengaruh berbahaya ini ikut memperkaya proses pembentukan pikiran setiap orang sehingga semakin kuat.
7.      Sumber ketujuh dari proses pembetukan pikiran adalah diri sendiri
Sekian sumber eksternal turut memperkuat terbentuknya pikran. Pikiran itu kemudian membentuk keyakinan dan prinsip yang kuat. Selanjutnya kita bisa menambahkan sikap baru  yang positif atau negatif. Akal menggabungkan sikap itu dengan data-data sebelumnya sehingga proses pembentukan pikiran semakin kuat dan mendalam. Dengan demikian, kita mampu beradaptasi dalam menghadapi dunia luar. Kemampuan inilah yang menentukkan kita sukses atau gagal dan bahagia atau sengsara.
Meski tampak sederhana dan lemah, pikiran itu lebih dalam dan lebih kuat daripada yang kita bayangkan. Berpikir melahirkan pengetahuan, pemahaman, nilai, keyakinan dan prinsip. Pikiran menjadi titik tolak bagi tujuan dan mimpi-mimpi. Pikiran bisa jadi penyebab penykit kejiwaan dan fisik. Pikiran takut membuat kita takut dan pikiran berani membuat kita berani. Ahli filsafat bernama Socrates pernah berkata :”Dengan pikiran, seseorang bisa menjadikan dunianya berbunga-bunga atau berduri-duri”. Berpikir tidak memiliki batas-lintas waktu, jarak, dan ruang. Pikiran memiliki kekuatan yang bisa muncul pada pagi, siang dan sore dalam kondisi apapun. Pikiran adalah sumber pendorong perilaku, sikap dan hasil yang kita dapatkan. Pikiran dapat menjadikan kita sebagai seorang yang berjiwa sehat atau sakit. Dan pikiran juga dapat membuat kita bahagia dan sukses juga sebaliknya. Karena pikiran akan mempengaruhi kita sebagai manusia diantaranya yaitu: intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, rasa percaya diri, hasil, citra diri, kondisi jiwa, kondisi kesehatan.

                                                                     *Guru RA Al-Madinah Mundupesisir-Cirebon