DATA
BUKU:
Judul : Sekolahnya
Manusia
No. ISBN : 978-979-1284-28-8
Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa
Tanggal terbit : Februari 2012
Jumlah Hlm. : 188
Harga Buku : Rp. 42.000
SEKOLAHNYA MANUSIA:
SEKOLAH BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI INDONESIA
Oleh: Uswatun Hasanah,
M.Pd.I.*
“Sekolahnya Manusia”
adalah buku karya Munif Chatib yang pertama.
Dalam buku ini Munif Chatib mencoba berbagi tentang bagaimana pengalamannya
membangun sekolah yang awalnya tidak mempunyai kepercayaan dari masyarakat,
lalu berubah menjadi sekolah yang unggul dalam arti sebenarnya. Membaca “Sekolahnya Manusia”
seperti mengajak kita kembali ke desain sekolah yang manusiawi.
Sekolah yang mengandalkan ‘the best
process’ bukan ‘the best input”. “Sekolahnya Manusia” menerapkan konsep Multiple Intelligences, yang awalnya
adalah sebuah teori kecerdasan kemudian diaplikasikan ke dalam dunia kelas atau
sekolah.
Munif Chatib dalam mengemukakan konsep multiple intelligences tersebut berawal
dari adanya teori Howard Gardner, sebagai pencetus dari multiple intelligences. Selain itu, Thomas Amstrong pun ikut
mendukung Munif dalam melakukan penerapan multiple
intelligences, agar bisa diterapkan dalam pendidikan di Indonesia.
Munif Chatib dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences nya
dengan melakukan 3 kegiatan penting, yakni
meliputi: 1) Tahap Input, biasa dilakukan dengan melakukan MIR (Multiple Intelligences Research); 2)
Tahap proses, Munif membaginya menjadi 4 tahap yaitu (Brain, Strategi
Mengajar, Produk, dan Benefit); dan 3) Output, pada tahap ini dilakukan
penilaian Autentik.
Pada tahap Input ini, Munif Chatib menggunakan Multiple Intelligences Research (MIR) dalam penerimaan peserta didik barunya.
Proses penerimaan tersebut dilakukan
dengan menggunakan sistem kuota artinya apabila sekolah ini berkapasitas 100
peserta didik dalam penerimaan peserta didik barunya, maka ketika pendaftar
telah mencapai 100 peserta didik, pendaftaran akan ditutup. Jadi sekolah ini
tidak menerapkan tes seleksi masuk dalam Penerimaan Peserta didik Baru.
Kemudian peserta didik baru yang telah diterima akan mengikuti proses (MIR).
MIR adalah semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan deskripsi
kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnya. Dan dari analisis
terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut, dapat disimpulkan gaya belajar
terbaik seseorang. (MIR) bukanlah alat tes seleksi masuk
sekolah, melainkan sebuah riset yang ditujukan kepada peserta didik dan
orangtuanya untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan peserta didik yang paling
menonjol dan berpengaruh. Data (MIR) ini bertujuan untuk pengetahuan
guru dalam mengetahui gaya belajar masing-masing peserta didiknya. Selain itu, dari hasil (MIR) tersebut, guru akan masuk ke dunia peserta didik sehingga
peserta didik merasa nyaman dan tidak berhadapan dengan resiko kegagalan dalam
proses belajar.
Pada tahapan
yang kedua, adalah tahapan pada proses
pembelajaran, dimana nantinya gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya
belajar peserta didiknya. Pada
tahapan yang kedua adalah tahapan pada proses pembelajaran, dimana nantinya
gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar peserta didiknya. Pola
kerja sama yang harus diketahui oleh guru adalah proses pembelajaran yang
bersifat dua arah pada hakikatnya adalah dua proses yang berbeda: proses
pertama, guru mengajar atau memberikan presentasi, dan proses kedua yaitu peserta
didik belajar atau peserta didik beraktivitas.
Pada tahap output merupakan tahap terakhir dari
tiga tahap penting pembelajaran multiple
intelligences di sekolah. Pada Output,
adalah proses penilaian dari proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences ini, maka penilaiannya yaitu dengan
menggunakan penilaian autentik.
Penilaian autentik adalah sebuah penilaian terhadap sosok utuh seorang peserta
didik yang bukan diukur dari segi kognitifnya saja melainkan juga diukur dari
segi afektif dan psikomotorik peserta didik.
Jadi, Janganlah menyekolahkan anak di sekolahnya
robot, yaitu sekolah yang hanya membentuk anak-anak kita menjadi robot hidup
dan tak punya kepedulian. Orangtua harus punya bekal pengetahuan yang benar
tentang kriteria sekolah baik untuk anaknya. Jangan sampai terkecoh dengan
label sekolah favorit atau fasilitas yang mewah. Sekolahkan lah anak di sekolahnya manusia, sekolah yang tidak membunuh
kecerdasan yang ada pada anak.
0 comments:
Post a Comment