DATA BUKU:
Judul : Kelasnya
Manusia: Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar dengan Manajemen
No. ISBN : 978-602-7870-13-0 Display Kelas
Penulis : Munif
Chatib & Irma Nurul Fatimah
Penerbit : Kaifa
Tanggal terbit : April
2013
Jumlah Hlm. : 172
Harga Buku : Rp. 72.000
Oleh:
Uswatun Hasanah, M.Pd.I*
Pembelajaran
di dalam sekolah, tidak selalu dilakukan di luar kelas, karena pada umumnya
proses kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas. Oleh sebab itu, sudah
seharusnya setiap guru berusaha menjadikan ruang kelasnya menyenangkan. Dengan
segala keterbatasannya, maka ruang kelas wajib menyenangkan siswanya, tidak
bisa ditawar lagi.
Buku Kelasnya Manusia yang ditulis oleh Munif Chatib, merupakan buku yang kelima yang telah ditulisnya. Sebelumnya Munif Chatib telah menulis buku “Sekolahnya Manusia, Gurunya Manusia, Orangtuanya Manusia, dan Sekolah Anak-anak Juara” Adapun dalam buku “Kelasnya Manusia”, Munif Chatib menulisnya bersama dengan Irma Nurul Fatimah.
Buku Kelasnya Manusia yang ditulis oleh Munif Chatib, merupakan buku yang kelima yang telah ditulisnya. Sebelumnya Munif Chatib telah menulis buku “Sekolahnya Manusia, Gurunya Manusia, Orangtuanya Manusia, dan Sekolah Anak-anak Juara” Adapun dalam buku “Kelasnya Manusia”, Munif Chatib menulisnya bersama dengan Irma Nurul Fatimah.
Ruang
kelas itu rumah, bukan penjara. Memang, ada dua potensi kelas dalam proses
belajar. Yang pertama, kelas bisa menjadi rumah yang menyenangkan. Dan
yang kedua, kelas menjadi penjara yang penuh tekanan dan paksaan. Pada
dasarnya seorang guru merupakan sutradara sekaligus aktris atau aktor di
kelasnya. Dia bisa merencanakan bagaimana memberikan tontonan terbaik kepada
siswanya. Layaknya seorang aktris atau actor, seorang guru itu merencanakan,
diantaranya yaitu: 1) Naskah yang dipentaskan atau disebut dengan (lesson
plan), 2) Bagaimana naskah itu diibawakan atau disebut dengan (strategi
mengajar); 3) Penataan panggung yang dapat mendukung pementasan agar dapat
berjalan dengan lancar atau disebut dengan (display kelas). Aktivitas
merencanakan sebenarnya suatu keahlian yang secara natural sudah kita miliki.
Menurut Munif Chatib (2013: 48) hadirnya buku “Kelasnya Manusia”, bukan bermaksud menambah beban pekerjaan guru untuk menampilkan display kelas. Namun, hal demikian justru membantu guru agar mempunyai kemampuan dan keterampilan mendesain kelasnya, karena display kelas adalah bagian dari sebuah perencanaan mengajar. Dalam hal ini, guru tidak harus punya bakat seni. Dengan mengetahui dan memahami materi display, kemudian memasangnya di tempat yang tepat, itu sudah cukup. Pada akhirnya, bahkan banyak guru yang mulai menikmati pekerjaan mendesain kelas bersama siswanya.
Menurut Munif Chatib (2013: 48) hadirnya buku “Kelasnya Manusia”, bukan bermaksud menambah beban pekerjaan guru untuk menampilkan display kelas. Namun, hal demikian justru membantu guru agar mempunyai kemampuan dan keterampilan mendesain kelasnya, karena display kelas adalah bagian dari sebuah perencanaan mengajar. Dalam hal ini, guru tidak harus punya bakat seni. Dengan mengetahui dan memahami materi display, kemudian memasangnya di tempat yang tepat, itu sudah cukup. Pada akhirnya, bahkan banyak guru yang mulai menikmati pekerjaan mendesain kelas bersama siswanya.
Pada
kenyataan di lapangan, bahwa di sekolah-sekolah jarang sekali seorang guru
melakukan pendataan benda yang ada di dalam kelas. Apalagi sampai menyusun dan
mengatur lokasinya, seperti layaknya desainer interior. Kemampuan guru dalam menyusun dan mengatur
seluruh barang yang berada di dalam kelas, seperti: papan tulis, tempat sampah,
lemari-lemari, buku-buku, kalender, jam dinding, meja, kursi, serta karya-karya
siswa. Hal tersebut, merupakan hal penting agar kelas menjadi nyaman untuk
belajar. Adapun untuk memulai dalam mendesain kelas, yaitu:
Pertama,
Syarat utama desain kelas. Ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan
dalam mendesain ruang kelas, yaitu: 1) Visibilitas atau Keleluasan Pandangan.
Visibilitas berarti penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak
mengganggu pandangan sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru,
benda-benda disekitarnya, atau kegiatan yang sedang berlangsung. ; 2) Aksesibilitas
atau Mudah Dicapai. Penataan ruang harus memudahkan siswa meraih atau mengambil
barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.; 3) Fleksibilitas
atau Keluwesan. Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan
dipindahkan, lalu disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.; 4) Kenyamanan.
Kenyamanan yang dimaksud adalah kenyamanan yang berkenaan dengan temperature
ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas.; 5) Keindahan. Prinsip keindahan
berkenaan dengan usaha guru dalam menata ruang kelas yang menyenangkan dan
kondusif bagi kegiatan belajar.
Kedua,
Tujuan. Dalam desain kelas sangat bergantung pada tujuan proses belajar. Guru
harus menetapkan tujuannya, lalu kelas akan mengikutinya. Salah satu contohnya:
Guru ingin siswa tidak mengobrol atau gaduh ketika sedang meraut pensil dengan
rautan kelas. Ketiga, Pendataan barang atau perangkat kelas. Guru harus
membuat daftar inventarisasi kelas. Keempat, tata letak atau
pengaturannya. Guru harus menata
benda-benda kelas agar sesuai dengan tujuan keberadaannya dalam proses
pembelajaran. Seperti halnya dalam pengaturan variasi formasi bangku tetap
dilakukan dengan memperhatikan visibilitas, aksesibilitas, fleksibilitas,
kenyamanan, keindahan, dan yang terpenting memudahkan terjadinya komunikasi
diantara guru, siswa dan antar siswa. Sesungguhnya formasi bangku yang berubah-ubah
berperan penting dalam proses belajar, antara lain: 1) Meningkatkan konsentrasi
belajar siswa; 2) Menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien; 3)
Pembelajaran tersampaikan secara merata, seksama, menarik, dan tidak monoton;
4) Siswa punya sudut pandang bervariasi terhadap materi pelajaran yang sedang
diikuti; 5) Guru dengan mudah menyesuaikan formasi bangku dengan strategi
mengajar yang dipilihnya, baik perseorangan, kelompok, berpasangan, maupun
klasikal.
0 comments:
Post a Comment