DATA BUKU:
Judul
: Orangtuanya Manusia
No.
ISBN : 978-602-8994-85-9
Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa
Tanggal
terbit : Juni 2012
Jumlah
Hlm. : 212
Harga
Buku : Rp. 65.000
ORANGTUANYA
MANUSIA:
MELEJITKAN
POTENSI DAN KECERDASAN DENGAN MENGHARGAI FITRAH SETIAP ANAK
Oleh: Uswatun Hasanah, M.Pd.I.
Menjadi
orangtua ….
Tidak
hanya sebagai takdir,
Namun
seperti hadirnya sebuah kesempatan
Untuk
membuktikan
Peranan
kita di muka bumi,
Meneruskan
rencana Ilahi,
Mewarnai
anak-anak dengan cinta.
Lalu,
biarkan siklus berputar
Sampai
zaman ditamatkan ….
Itulah
salah satu puisi dari karya Munif Chatib (Orangtuanya Manusia, 2012: 25). Dalam
buku orangtuanya manusia Munif Chatib menjelaskan bahwa seorang anak terdiri
dari dua dimensi, yaitu jasmani dan ruhani. Sebagai orangtua, seharusnya
memperhatikan kedua dimensi tersebut sebab ruhani dan jasmani anak berkembang,
yang menimbulkan kebutuhan-kebutuhan mereka. Kita harus memenuhi kedua
kebutuhan itu secara adil. Namun, kebanyakan orangtua terjebak dalam melihat perkembangan anak,
hanya satu dimensi yaitu jasmani dan mengabaikan ruhani, yang memang abstrak. Dalam
ilmu psikologi perkembangan, ada dua dimensi pula, yakni fisiolologi dan
psikologi. Fisiologi melihat perkembangan anak pada jasmaninya: fisik dan
sel-sel otot, yaitu yang membentuk kematangan fisik, seperti perkembangan
sel-sel otak yang matang untuk kemampuan menangkap stimulus yang masuk atau
perkembangan otot-otot kaki dan tangan yang menjadi keras untuk keterampilan
berjalan dan mengambil sesuatu. Sementara psikologi melihat perkembangan anak
pada kehidupan masyarakat yang mengarah ke perkembangan mental, daya nalar
(kognitif), perasaan (afektif), dan aktivitas (motorik). Kedua dimensi ini
sangat berhubungan dan saling berkaitan.
Setiap
anak dilahirkan mempunyai fitrah ilahiah, yaitu kekuatan untuk mendekati Tuhan
dan cenderung berperilaku baik. Ibarat bangunan, fitrah adalah fondasi sehingga
bangunan (manusia) yang berdiri di atasnya mestinya adalah bangunan kebaikan
dan jika terjadi sebaliknya, pasti ada faktor penyebabnya.
Siapakah
Anak kita? Munif Chatib membagi fase perkembangan anak berdasarkan riwayat
Rasulullah SAW dalam membagi tahap perkembangan kehidupan seseorang. Fase
pertama, anak itu adalah raja. Fase kedua, anak itu adalah pembantu (yang harus
taat dalam menjalankan perintah). Dan fase ketiga, anak adalah Wazir (menteri)
yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Jadi, tahapannya anak itu adalah
Raja, Pembantu dan Wazir.
Fase pertama, anak pada usia 7 tahun pertama,
yaitu usia antara 0-7 tahun adalah sebagai RAJA kecil, yang ternyata punya
ruang lingkup dan khas, yaitu BERMAIN.
Status Raja ini akan berakhir ketika anak memasuki masa tujuh tahun keduanya.
Pada tahap ini, sang RAJA kecil harus diberi kesempatan untuk melakukan
eksplorasi dan kebebasan beraktivitas. Pada tahap ini, orangtua hanya menjaga
agar kebutuhan anak akan kebebasan senantiasa terpenuhi tanpa harus melupakan
keamanan dan keselamatannya. Pada usia 0-7 tahun, sebagai orangtua, harus
melakukan dua tahapan yaitu tahap pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu dan tahap
pengalaman belajar menjadi kebiasaan. Orangtua harus memenuhi tahap pertama,
sedangkan pada tahap kedua, untuk membangun kebiasaan yang baik dibutuhkan
peraturan dan kedisiplinan untuk membangun karakter positif anak. Sang RAJA kecil tidak membutuhkan kewenangan
untuk menghukum atau membuat peraturan bagi rakyatnya. Mereka hanya butuh
kelembutan dan kasih sayang dari orangtuanya. Berbicaralah yang lembut, memeluk
atau menciumnya, dan biasa memanggil mereka dengan sebutan-sebutan yang indah
dan positif.
Fase kedua, anak pada usia 7 tahun kedua,
yaitu usia antara 7-14 tahun adalah anak disebut sebagai PEMBANTU, yang harus dididik dan dibimbing. Orangtua
menjadi TUAN dan anak menjadi PEMBANTU. Masa 7 tahun kedua, kala status anak
kita menjadi PEMBANTU, adalah masa penanaman karakter atau akhlak dan masa
belajar. Pada masa inilah terdapat momen special, yaitu puber (akil-balig),
yang diibaratkan anak kita berhadapan dengan petunjuk arah. Jalan kehidupan
yang dipilih anak setelah masa puber sangat menentukan keberhasilan anak kita
di masa mendatang. Pada masa ini, orangtua punya kewajiban memberikan
pendidikan, pengajaran, dan pengarahan kepada anak-anaknya yang sudah memasuki
usia praremaja. Jika dalam masa jenjang sekolah, masa ini berada pada jenjang
SD dan awal memasuki jenjang SMP. Sementara itu, status PEMBANTU diartikan
sebagai masa ketaatan saat menjalani pendidikan atau juga disebut dengan masa
belajar.
Fase ketiga, pada usia 7 tahun ketiga, anak
disebut dengan status WAZIR. WAZIR adalah jabatan terhormat, yang biasanya
berperan penting dalam kehidupan bernegara. Keluarga adalah miniature Negara. Sebagai
WAZIR, remaja atau pemuda berada pada masa terbaik untuk menunjukkan kualitas
jati dirinya. Terutama menjadi tempat bergantung orangtua yang secara alami
sudah berusia lanjut dan membutuhkan pendamping untuk bersama-sama
menyelesaikan masalah. Jika di dalam rumah ada anak yang berstatus WAZIR, tentu
akan sangat membantu, karena anak punya hak dan kewenangan musyawarah dan
bersama menjalankan tugas atau kerjasama. Tentunya, dalam kehidupan berkeluarga
banyak masalah yang kompleks yang terjadi. Dalam status WAZIR, anak kita bisa
jadi selalu membantu untuk mencari jalan keluarnya, selalu memberikan
sumbangsih pikiran dan ikhlas membantu orangtua untuk bersama-sama menghadapi
dinamika masalah dalam keluarga.
0 comments:
Post a Comment