Thursday, May 30, 2013

Resensi "Orangtuanya Manusia"


 DATA BUKU:

Judul                : Orangtuanya Manusia
No. ISBN        : 978-602-8994-85-9
Penulis              : Munif Chatib
Penerbit            : Kaifa
Tanggal terbit    : Juni 2012
Jumlah Hlm.      : 212
Harga Buku      : Rp. 65.000

ORANGTUANYA MANUSIA:
MELEJITKAN POTENSI DAN KECERDASAN DENGAN MENGHARGAI FITRAH SETIAP ANAK

Oleh: Uswatun Hasanah, M.Pd.I.



Menjadi orangtua ….
Tidak hanya sebagai takdir,
Namun seperti hadirnya sebuah kesempatan
Untuk membuktikan
Peranan kita di muka bumi,
Meneruskan rencana Ilahi,
Mewarnai anak-anak dengan cinta.
Lalu, biarkan siklus berputar
Sampai zaman ditamatkan ….

            Itulah salah satu puisi dari karya Munif Chatib (Orangtuanya Manusia, 2012: 25). Dalam buku orangtuanya manusia Munif Chatib menjelaskan bahwa seorang anak terdiri dari dua dimensi, yaitu jasmani dan ruhani. Sebagai orangtua, seharusnya memperhatikan kedua dimensi tersebut sebab ruhani dan jasmani anak berkembang, yang menimbulkan kebutuhan-kebutuhan mereka. Kita harus memenuhi kedua kebutuhan itu secara adil. Namun, kebanyakan orangtua  terjebak dalam melihat perkembangan anak, hanya satu dimensi yaitu jasmani dan mengabaikan ruhani, yang memang abstrak. Dalam ilmu psikologi perkembangan, ada dua dimensi pula, yakni fisiolologi dan psikologi. Fisiologi melihat perkembangan anak pada jasmaninya: fisik dan sel-sel otot, yaitu yang membentuk kematangan fisik, seperti perkembangan sel-sel otak yang matang untuk kemampuan menangkap stimulus yang masuk atau perkembangan otot-otot kaki dan tangan yang menjadi keras untuk keterampilan berjalan dan mengambil sesuatu. Sementara psikologi melihat perkembangan anak pada kehidupan masyarakat yang mengarah ke perkembangan mental, daya nalar (kognitif), perasaan (afektif), dan aktivitas (motorik). Kedua dimensi ini sangat berhubungan dan saling berkaitan.
            Setiap anak dilahirkan mempunyai fitrah ilahiah, yaitu kekuatan untuk mendekati Tuhan dan cenderung berperilaku baik. Ibarat bangunan, fitrah adalah fondasi sehingga bangunan (manusia) yang berdiri di atasnya mestinya adalah bangunan kebaikan dan jika terjadi sebaliknya, pasti ada faktor penyebabnya.
            Siapakah Anak kita? Munif Chatib membagi fase perkembangan anak berdasarkan riwayat Rasulullah SAW dalam membagi tahap perkembangan kehidupan seseorang. Fase pertama, anak itu adalah raja. Fase kedua, anak itu adalah pembantu (yang harus taat dalam menjalankan perintah). Dan fase ketiga, anak adalah Wazir (menteri) yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Jadi, tahapannya anak itu adalah Raja, Pembantu dan Wazir.
Fase pertama, anak pada usia 7 tahun pertama, yaitu usia antara 0-7 tahun adalah sebagai RAJA kecil, yang ternyata punya ruang lingkup  dan khas, yaitu BERMAIN. Status Raja ini akan berakhir ketika anak memasuki masa tujuh tahun keduanya. Pada tahap ini, sang RAJA kecil harus diberi kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan kebebasan beraktivitas. Pada tahap ini, orangtua hanya menjaga agar kebutuhan anak akan kebebasan senantiasa terpenuhi tanpa harus melupakan keamanan dan keselamatannya. Pada usia 0-7 tahun, sebagai orangtua, harus melakukan dua tahapan yaitu tahap pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu dan tahap pengalaman belajar menjadi kebiasaan. Orangtua harus memenuhi tahap pertama, sedangkan pada tahap kedua, untuk membangun kebiasaan yang baik dibutuhkan peraturan dan kedisiplinan untuk membangun karakter positif anak.  Sang RAJA kecil tidak membutuhkan kewenangan untuk menghukum atau membuat peraturan bagi rakyatnya. Mereka hanya butuh kelembutan dan kasih sayang dari orangtuanya. Berbicaralah yang lembut, memeluk atau menciumnya, dan biasa memanggil mereka dengan sebutan-sebutan yang indah dan positif.
Fase kedua, anak pada usia 7 tahun kedua, yaitu usia antara 7-14 tahun adalah anak disebut sebagai PEMBANTU,  yang harus dididik dan dibimbing. Orangtua menjadi TUAN dan anak menjadi PEMBANTU. Masa 7 tahun kedua, kala status anak kita menjadi PEMBANTU, adalah masa penanaman karakter atau akhlak dan masa belajar. Pada masa inilah terdapat momen special, yaitu puber (akil-balig), yang diibaratkan anak kita berhadapan dengan petunjuk arah. Jalan kehidupan yang dipilih anak setelah masa puber sangat menentukan keberhasilan anak kita di masa mendatang. Pada masa ini, orangtua punya kewajiban memberikan pendidikan, pengajaran, dan pengarahan kepada anak-anaknya yang sudah memasuki usia praremaja. Jika dalam masa jenjang sekolah, masa ini berada pada jenjang SD dan awal memasuki jenjang SMP. Sementara itu, status PEMBANTU diartikan sebagai masa ketaatan saat menjalani pendidikan atau juga disebut dengan masa belajar.   
Fase ketiga, pada usia 7 tahun ketiga, anak disebut dengan status WAZIR. WAZIR adalah jabatan terhormat, yang biasanya berperan penting dalam kehidupan bernegara. Keluarga adalah miniature Negara. Sebagai WAZIR, remaja atau pemuda berada pada masa terbaik untuk menunjukkan kualitas jati dirinya. Terutama menjadi tempat bergantung orangtua yang secara alami sudah berusia lanjut dan membutuhkan pendamping untuk bersama-sama menyelesaikan masalah. Jika di dalam rumah ada anak yang berstatus WAZIR, tentu akan sangat membantu, karena anak punya hak dan kewenangan musyawarah dan bersama menjalankan tugas atau kerjasama. Tentunya, dalam kehidupan berkeluarga banyak masalah yang kompleks yang terjadi. Dalam status WAZIR, anak kita bisa jadi selalu membantu untuk mencari jalan keluarnya, selalu memberikan sumbangsih pikiran dan ikhlas membantu orangtua untuk bersama-sama menghadapi dinamika masalah dalam keluarga.                                             

0 comments: