Sunday, June 14, 2015

cerpen cinta



MENGEJAR CINTA DI FEBRUARI
Oleh: Uswatun Hasanah, M. Pd.I*

Aku tak menyangka, hidupku  bakal seribet ini. Awalnya merasa biasa, tapi lama kelamaan aku cukup terganggu juga akan hal ini. Lintang adalah putri pertama, dan untuk kali ini, ia tak bisa menjadi yang pertama dalam hal ini. Adiknya bernama Aini, mendahului Lintang.
Aini akan menikah di bulan Februari, sementara kakaknya hingga saat ini, belum ada jodoh yang menghampirinya. Kegalauan yang menghampiri Lintang, sungguh tak biasanya. Lintang merasa bahwa inilah ujian dari Tuhan, yang terberat dalam hidupnya``.
Betapa banyak orang yang putus asa dalam hidup nya, dari yang normal hingga menjadi gila, bahkan sampai ada yang tega untuk meninggalkan keluarganya dan berujung kepada mengakhiri hidupnya.  Semoga, hal demikian tidak akan terjadi pada Lintang.
Sang Ibunda pun dibuat bingung oleh sikap Lintang. Yang menganggapnya bahwa Ayah dan Ibundanya lebih menyayangi Aini. Lintang dianugerahi tuhan, menjadi wanita yang diberi kelebihan kepandaian. Sehingga ia bisa menyelesaikan studi  S2 Psikologinya di Harvard University. Sedangkan Aini, diberi kelebihan dengan paras mukanya yang anggun, sehingga tak satupun laki-laki yang berani untuk menyakiti hatinya.
Lintang dan Aini, baginya mereka berdua sama-sama anaknya, buah cintanya. Tentu kasih sayangnya pun, sama. Hanya mungkin, cara memperlakukan nya saja yang berbeda. Bunda, aku sayang padamu ,… andai saja Tuhan beri aku sedikit saja ~kebahagiaan dalam hal percintaan~ namun, sepertinya Tuhan belum mengabulkan doaku yang satu ini.

Aku ingin menikah di bulan februari…
Entah, mengapa mesti di februari?
Tapi, malah Aini yang akan mendapatkan cintanya di februari.
Ada rasa iri, ada rasa malu, ada rasa bahagia, ada rasa sedih, saat Aini segera melakukan acara pernikahan dengan kekasihnya yang bernama Tio, yang dulu telah mereka jalani hubungan selama beberapa tahun di kampus.
Mungkin kah, aku akan menghindari ini semua…
Tetangga, teman, saudara, semuanya menganggapku aneh, aku dianggap lemah dan hina oleh mereka,,,
Mereka anggap, aku tak bisa mendapatkan apa yang adikku dapatkan.
Mereka fikir, dengan menikah maka semua penderitaan akan hilang.
Tidak!... banyak yang menikah, malah hidupnya tidak bahagia. Menikah itu tujuannya ibadah. Bukan untuk saling menyombongkan, karena telah mendapatkan pasangan.
Apakah dengan adikku menikah terlebih dahulu, mereka semua akan menertawakanku dan memberikan tepuk tangan kepada adikku??? , karena adikku telah berhasil mengalahkanku. Ia telah menjadi “the winner dalam hal cinta”.
“Hualaaaah…. Terserah, di bulan februari semua orang mau bilang apa tentang aku, aku pasrah pada-Mu Tuhan. Hanya Engkaulah, pemilik hatiku sepenuhnya. Jodoh dan mati itu sama. Keduanya sama-sama takdir tuhan. Jodoh itu tidak bisa ditarget, namun bisa diusahakan. Aku selalu berikhtiar dan tak lupa juga berdo`a agar segera dipertemukan dengan jodohku. Namun, benar juga kata Kang Jalaludin Rahmat, ``Do’a bukan lah lampu Aladin. Yang sesekali berdo’a, doa kita bakal dikabulkan oleh yang Maha Segalanya. Aku yakin, semuanya sudah tertulis dalam kitab lauh mahfudz. Jauh, sebelum aku terlahir di dunia ini.” lamunan Lintang dalam kegalauan.
            Saat pernikahan tiba: “ Lintang tak kuasa meneteskan perasaan sedihnya, hingga orang pun tahu, bahwa aku sedang menangis. Tapi dibalik rasa tangis itu, Lintang adalah sosok gadis yang tegar. Ia dengan Percaya Dirinya untuk bisa maju di atas panggung hiburan di pesta pernikahan Aini.
“Selamat menikah, selamat menempuh hidup baru, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rokhmah, bahagia selalu ya De Aini… semoga Mba Lintang bisa segera mendapatkan yang terbaik.” Ucap Lintang.
Aini dan sekitar masyarakatpun terperangah atas apa yang telah dilakukan oleh Lintang. “Mba Lintang, Aini ga nyangka, Mba bisa setegar dan sepercaya diri seperti itu di atas panggung sambil menyanyi dan berjoget ria. Terima kasih Mba Lintang atas segala nya. Allah bersamamu. “Ujar Aini.
Allah memiliki begitu banyak rahasia. Mulai dari skenario perjalanan hidup kita sebagai mahluk hidup untuk bisa menjalani takdirnya sebagai manusia yang bertaqwa atau tidak. Hingga akhirnya  tugas di muka bumi sebagai manusia telah terhenti di dunia. Dan di akherat nanti, apakah kita akan mendapatkan balasan kebaikan kita selama kita hidup ataukah kita akan mendapat kan balasan atas keburukan yang telah di perbuat di dunia. Wallahu ‘alam bis showwab..                                          
*Guru MI Wathoniyah Astanamukti Pangenan-Cirebon




0 comments: