MENGEJAR CINTA DI FEBRUARI
Oleh: Uswatun Hasanah, M. Pd.I*
Aku
tak menyangka, hidupku bakal seribet ini.
Awalnya merasa biasa, tapi lama kelamaan aku cukup terganggu juga akan hal ini.
Lintang adalah putri pertama, dan untuk kali ini, ia tak bisa menjadi yang pertama
dalam hal ini. Adiknya bernama Aini, mendahului Lintang.
Aini
akan menikah di bulan Februari, sementara kakaknya hingga saat ini, belum ada
jodoh yang menghampirinya. Kegalauan yang menghampiri Lintang, sungguh tak
biasanya. Lintang merasa bahwa inilah ujian dari Tuhan, yang terberat dalam
hidupnya``.
Betapa
banyak orang yang putus asa dalam hidup nya, dari yang normal hingga menjadi
gila, bahkan sampai ada yang tega untuk meninggalkan keluarganya dan berujung
kepada mengakhiri hidupnya. Semoga, hal
demikian tidak akan terjadi pada Lintang.
Sang Ibunda pun dibuat
bingung oleh sikap Lintang. Yang menganggapnya bahwa Ayah dan Ibundanya lebih
menyayangi Aini. Lintang dianugerahi tuhan, menjadi wanita yang diberi
kelebihan kepandaian. Sehingga ia bisa menyelesaikan studi S2 Psikologinya di Harvard University.
Sedangkan Aini, diberi kelebihan dengan paras mukanya yang anggun, sehingga tak
satupun laki-laki yang berani untuk menyakiti hatinya.
Lintang
dan Aini, baginya mereka berdua sama-sama anaknya, buah cintanya. Tentu kasih
sayangnya pun, sama. Hanya mungkin, cara memperlakukan nya saja yang berbeda. Bunda,
aku sayang padamu ,… andai saja Tuhan beri aku sedikit saja ~kebahagiaan dalam
hal percintaan~ namun, sepertinya Tuhan belum mengabulkan doaku yang satu ini.
Aku ingin menikah di bulan februari…
Entah, mengapa mesti di
februari?
Tapi, malah Aini yang
akan mendapatkan cintanya di februari.
Ada rasa iri, ada rasa
malu, ada rasa bahagia, ada rasa sedih, saat Aini segera melakukan acara
pernikahan dengan kekasihnya yang bernama Tio, yang dulu telah mereka jalani
hubungan selama beberapa tahun di kampus.
Mungkin kah, aku akan
menghindari ini semua…
Tetangga, teman,
saudara, semuanya menganggapku aneh, aku dianggap lemah dan hina oleh mereka,,,
Mereka anggap, aku tak
bisa mendapatkan apa yang adikku dapatkan.
Mereka fikir, dengan
menikah maka semua penderitaan akan hilang.
Tidak!... banyak yang
menikah, malah hidupnya tidak bahagia. Menikah itu tujuannya ibadah. Bukan
untuk saling menyombongkan, karena telah mendapatkan pasangan.
Apakah dengan adikku
menikah terlebih dahulu, mereka semua akan menertawakanku dan memberikan tepuk
tangan kepada adikku??? , karena adikku telah berhasil mengalahkanku. Ia telah
menjadi “the winner dalam hal cinta”.
“Hualaaaah….
Terserah, di bulan februari semua orang mau bilang apa tentang aku, aku pasrah
pada-Mu Tuhan. Hanya Engkaulah, pemilik hatiku sepenuhnya. Jodoh dan mati itu
sama. Keduanya sama-sama takdir tuhan. Jodoh itu tidak bisa ditarget, namun
bisa diusahakan. Aku selalu berikhtiar dan tak lupa juga berdo`a agar segera
dipertemukan dengan jodohku. Namun, benar juga kata Kang Jalaludin Rahmat, ``Do’a
bukan lah lampu Aladin. Yang sesekali berdo’a, doa kita bakal dikabulkan oleh
yang Maha Segalanya. Aku yakin, semuanya sudah tertulis dalam kitab lauh
mahfudz. Jauh, sebelum aku terlahir di dunia ini.” lamunan Lintang dalam
kegalauan.
Saat pernikahan tiba: “ Lintang tak kuasa meneteskan
perasaan sedihnya, hingga orang pun tahu, bahwa aku sedang menangis. Tapi
dibalik rasa tangis itu, Lintang adalah sosok gadis yang tegar. Ia dengan
Percaya Dirinya untuk bisa maju di atas panggung hiburan di pesta pernikahan
Aini.
“Selamat menikah,
selamat menempuh hidup baru, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa
rokhmah, bahagia selalu ya De Aini… semoga Mba Lintang bisa segera mendapatkan
yang terbaik.” Ucap Lintang.
Aini dan sekitar
masyarakatpun terperangah atas apa yang telah dilakukan oleh Lintang. “Mba
Lintang, Aini ga nyangka, Mba bisa setegar dan sepercaya diri seperti itu di
atas panggung sambil menyanyi dan berjoget ria. Terima kasih Mba Lintang atas
segala nya. Allah bersamamu. “Ujar Aini.
Allah
memiliki begitu banyak rahasia. Mulai dari skenario perjalanan hidup kita
sebagai mahluk hidup untuk bisa menjalani takdirnya sebagai manusia yang
bertaqwa atau tidak. Hingga akhirnya
tugas di muka bumi sebagai manusia telah terhenti di dunia. Dan di
akherat nanti, apakah kita akan mendapatkan balasan kebaikan kita selama kita
hidup ataukah kita akan mendapat kan balasan atas keburukan yang telah di
perbuat di dunia. Wallahu ‘alam bis showwab..
*Guru MI Wathoniyah
Astanamukti Pangenan-Cirebon
0 comments:
Post a Comment