Puisi Kontemporer
Seorang penyair menciptakan puisi pada hakikatnya
karena ingin mengabadikan apa yang dilihat, dipikirkan dan dirasakannya. Adapun
proses pengimajinasian atau pengembangan pengalaman lahir batin tersebut
merupakan awal proses kreatif. Proses kreatif kemudian dilanjutkan dengan pengekspresian imajinasi ke dalam
rangkaian kata-kata yang disebut puisi. Ketika puisi tersebut dibaca, maka
pembaca tersebut bisa meengidentifikasi ciri-cirinya berdasarkan kata-kata yang
digunakan penyair untuk mengekspresikan hasil proses kreatifnya. Hasil
pengidentifikasian akhirnya memberikan kesimpulan kepada pembaca bahwa puisi
yang satu dengan yang lain berbeda. Walaupun demikian, antara beberapa puisi
bisa mempunyai tingkat kemiripan yang tinggi. Biasanya, terjadi pada
puisi-pusisi yang diciptakan pada kurun waktu yang sama.
Puisi kontemporer lahir pada kurun 1980-an , yaitu
puisi yang mempunyai kekhasan dibandingkan dengan puisi-puisi lain.Adapun
contoh dari kelompok penyair yang
menciptakan puisi kontemporer, antara lain: Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq
Ismail, Abdul Hadi W.M., Darmanto Yatman dan Ibrahim Sattah.
Adapun ciri-ciri puisi kontemporer, diantaranya
sebagai berikut:
1) Ungkapannya berupa kelakar dan tidak ada maksud yang
disembunyikan.
2) Objek yang dikelakarkan bebas.
3) Kebanyakan kelakar tersebut mengandung kritik
(social)
4) Memerhatikan peran kata secara maksimal untuk
berekspresi.
5) Memanfaatkan arti, bunyi, dan tipografi secara
maksimal.
6) Tipografi/bentuk penulisannya bebas.
7) Menyampaikan kritik terhadap pejabat dan anggota
masyarakat yang mempunyai sikap moral tidak baik.
8) Mengandung ejekan terhadap penyair lain yang disebut
“penyair serius”.
Puisi kontemporer pada awalnya muncul sebagai puisi
dengan genre (jenis) yang berbeda, lain dari yang lain disbanding puisi pada
umumnya. Puisi ini lebih menekankan peran kata baik dari segi arti, bunyi,
maupun bentukna. Kata dianggap sebagai sarana paling ampuh untuk menyampaikan
maksud penyair kepada pembaca. Berdasarkan hal-hal tersebut, puisi kontemporer
secara fisik terlihat memakai kata dan mengambil struktur puisi seolah-olah
secara semaunya. Justru itulah yang diinginkan oleh penyair. Dengan segala
arti, bunyi, dan bentuk yang ditampilkan secara inkonvensional, kata mampu
menyampaikan pesan secara maksimal. Dan Sutardji Calzoum Bachri menyebut kata
adalah “mantra”. Pada umumnya, maksud isi puisi kontemporer yaitu sebagai
berikut:
1.
Mendobrak puisi
konvensional
2.
Menyampaikan
kritik
3.
Kritik
dimaksudkan untuk mengajak pembaca melakukan perenungan
4.
Kritik digunakan
untuk mengajak pembaca melakukan refleksi dan selanjutnya melakukan perbaikan.
Contoh:
Puisi Kontemporer
“JADI”
Karya
: Uswatun Hasanah, M.Pd.I. (Guru SDN 2 Mertapadakulon)
tidak setiap
tangan
jadi
pegang
tidak setiap
kaki
jadi pijak
tidak
setiap airmata
jadi
derita
tidak setiap
senyum
jadi bahagia
tidak setiap
marah
jadi
benci
tidak setiap
masalah
jadi
duri
tidak setiap
luka
jadi
kaca
tidak setiap
diam
jadi
emas
tidak setiap ucapan
jadi
makna
tidak setiap
bayang
jadi
nyata
memandang kau
pada
wajahku!
0 comments:
Post a Comment