Sunday, June 14, 2015

Puisi Kontemporer



Puisi Kontemporer
Seorang penyair menciptakan puisi pada hakikatnya karena ingin mengabadikan apa yang dilihat, dipikirkan dan dirasakannya. Adapun proses pengimajinasian atau pengembangan pengalaman lahir batin tersebut merupakan awal proses kreatif. Proses kreatif kemudian dilanjutkan  dengan pengekspresian imajinasi ke dalam rangkaian kata-kata yang disebut puisi. Ketika puisi tersebut dibaca, maka pembaca tersebut bisa meengidentifikasi ciri-cirinya berdasarkan kata-kata yang digunakan penyair untuk mengekspresikan hasil proses kreatifnya. Hasil pengidentifikasian akhirnya memberikan kesimpulan kepada pembaca bahwa puisi yang satu dengan yang lain berbeda. Walaupun demikian, antara beberapa puisi bisa mempunyai tingkat kemiripan yang tinggi. Biasanya, terjadi pada puisi-pusisi yang diciptakan pada kurun waktu yang sama.
Puisi kontemporer lahir pada kurun 1980-an , yaitu puisi yang mempunyai kekhasan dibandingkan dengan puisi-puisi lain.Adapun contoh  dari kelompok penyair yang menciptakan puisi kontemporer, antara lain: Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail, Abdul Hadi W.M., Darmanto Yatman dan Ibrahim Sattah.
Adapun ciri-ciri puisi kontemporer, diantaranya sebagai berikut:
1)      Ungkapannya berupa kelakar dan tidak ada maksud yang disembunyikan.
2)      Objek yang dikelakarkan bebas.
3)      Kebanyakan kelakar tersebut mengandung kritik (social)
4)      Memerhatikan peran kata secara maksimal untuk berekspresi.
5)      Memanfaatkan arti, bunyi, dan tipografi secara maksimal.
6)      Tipografi/bentuk penulisannya bebas.
7)      Menyampaikan kritik terhadap pejabat dan anggota masyarakat yang mempunyai sikap moral tidak baik.
8)      Mengandung ejekan terhadap penyair lain yang disebut “penyair serius”.
Puisi kontemporer pada awalnya muncul sebagai puisi dengan genre (jenis) yang berbeda, lain dari yang lain disbanding puisi pada umumnya. Puisi ini lebih menekankan peran kata baik dari segi arti, bunyi, maupun bentukna. Kata dianggap sebagai sarana paling ampuh untuk menyampaikan maksud penyair kepada pembaca. Berdasarkan hal-hal tersebut, puisi kontemporer secara fisik terlihat memakai kata dan mengambil struktur puisi seolah-olah secara semaunya. Justru itulah yang diinginkan oleh penyair. Dengan segala arti, bunyi, dan bentuk yang ditampilkan secara inkonvensional, kata mampu menyampaikan pesan secara maksimal. Dan Sutardji Calzoum Bachri menyebut kata adalah “mantra”. Pada umumnya, maksud isi puisi kontemporer yaitu sebagai berikut:
1.      Mendobrak puisi konvensional
2.      Menyampaikan kritik
3.      Kritik dimaksudkan untuk mengajak pembaca melakukan perenungan
4.      Kritik digunakan untuk mengajak pembaca melakukan refleksi dan selanjutnya melakukan perbaikan.
Contoh: Puisi Kontemporer
 “JADI”
Karya : Uswatun Hasanah, M.Pd.I. (Guru SDN 2 Mertapadakulon)
tidak setiap tangan
jadi pegang
tidak setiap kaki
            jadi pijak
tidak setiap airmata                                                                                             
jadi derita
tidak setiap senyum
            jadi bahagia
tidak setiap marah
jadi benci
tidak setiap masalah
jadi duri
tidak setiap luka
jadi kaca
tidak setiap diam
jadi emas
tidak setiap ucapan
jadi makna
tidak setiap bayang
jadi nyata
memandang kau
pada wajahku!

0 comments: